Kamis, 23 Oktober 2008

Mama Lauren dan Ramalan 2008

Ramalan selalu memiliki dua sisi: skeptis dan sugestif. Bagi yang skeptis, ramalan sering dicap omong kosong, mendahului kehendak Sang Pemilik Hidup, syirik, dan sebagainya. Tentu saja, ini sikap ini tidak keliru. Namun, bagi yang sugestif dan cenderung percaya, ramalan menjadi daya yang menggairahkan, menarik untuk didiskusikan. Mengapa? Karena setiap orang ingin tahu apa yang sesungguhnya akan terjadi pada diri dan dunia yang dihidupinya. Dalam konteks ini, Mama Lauren termasuk yang paling sering dijadikan rujukan berbagai media untuk meneropong dan menerawang situasi selama satu tahun ke depan.

Saya tidak sedang bicara tentang apa yang diramalkan Mama Lauren di tahun 2008 yang akan segera tiba. Saya sedang mencoba memahami dan merasa-rasakan dalam diri saya sendiri, mengapa dua sisi percaya dan tidak percaya selalu menaungi pikiran saya setiap ramalan yang dimunculkan oleh seorang juru ramal, cenayang, paranormal, atau apapun namanya.

Secara nalar dan dengan menggunakan ilmu statistika sederhana, setiap orang memiliki peluang untuk menjadi peramal.

"Tahun depan akan banyak artis cerai, orang terkenal meninggal, bencana hebat, kecelakaan ini itu, dan sebagainya." Begitu kata para peramal. Tanpa menjadi peramal pun, orang dengan mudahnya seharusnya bisa menyimpulkan fenomena umum yang selalu dijumpai setiap tahun di negeri ini. Maka, terhadap ramalan semacam ini saya cenderung menggunakan nalar dan akal sehat.

Namun saya juga cenderung percaya, ada beberapa orang yang dianugerahi kemampuan untuk menelisik dan meneropong kejadian-kejadian di masa datang. Namun akal sehat saya mengatakan, kemampuan seperti ini tetap tidak dapat menentukan secara eksak kapan suatu peristiwa akan terjadi karena itu tetap merupakan sebuah rahasia Ilahi. Apalagi yang menyangkut umur manusia, nasib manusia, dan sebagainya.

Yang bisa didekati dengan ilmu pengetahuan, seperti gunung meletus, banjir, tentu saja jauh lebih meyakinkan dibandingkan dengan ramalan-ramalan. Gempa, sejauh ini belum bisa diprediksi. Kecelakaan, juga tak bisa diramalkan namun bisa dicegah.

Dari sini, saya sebenarnya hanya mau memberi ruang pada dimensi nonfisik atau non-ilmiah pada setiap fenomena yang saya lihat. Hanya supaya saya menjadi lebih waspada dan hati-hati, bahwa nalar dan akal saya memiliki keterbatasan, dan mungkin saya membutuhkan bantuan orang lain untuk menerjemahkan setiap hal yang akan terjadi pada diri dan dunia di sekeliling saya.

Maka, terhadap ramalan Mama Lauren misalnya, saya cenderung mengambil sikap kedua-duanya, skeptis sekaligus sugestif. Tidak menelan mentah-mentah, tetapi juga tidak menolaknya serta merta.

Bagaimana dengan Anda?

Sumber gambar: sctv.co.id

Tidak ada komentar: